Edith Stern (lahir 1952) lahir di Brooklyn. Ayahnya, Aaron
Stern, adalah seorang profesor bahasa (ia fasih dalam tujuh bahasa). Ketika
putrinya lahir, dia mengadakan konferensi pers – di mana ada dua reporter – dan
menyatakan: “Saya akan membuatnya menjadi manusia yang sempurna.” Wartawan pada saat itu menyebutnya “Proyek Edith”.
Stern segera membenamkan putrinya dalam pembelajaran. Aaron Stern melakukan
eksperimen menyiapkan lingkungan yang sangat menstimulasi perkembangan kognitif
anaknya. Aaron Stern menjulukinya “Edith Experiment” (atau Edith Project). Saat
Edith di kandungan ibunya. Aaron Stern selalu mengajak ngobrol dan pendengarkan
musik klasik. Aaron Stern melakukan hal itu karena ingin anak nya menjadi
seorang yang jenius. Metode yang dilakukan Aaron Stern untuk anaknya dipercaya
bisa merubah anaknya menjadi jenius.
Pada usia satu tahun,
Edith sudah dapat berbicara kalimat sederhana. Aaron Stern memotivasi sang anak
dengan menggunakan poster, flash, kartu, dan sempoa yang berwarna-warni – yang
membuat matematika menjadi lebih konkret dan mudah dipahami. Setiap saat adalah
kesempatan belajar – bahkan berjalan ke toko kelontong, baginya.
Saat Edith beranjak usia 2 tahun, dia bisa mengenal
keseluruhaan alphabet. Dan pada saat
usia 4,5 tahun dia juga telah mampu membaca semua Encyclopedia Britannica. Di
usia enam tahun, Edith membaca 6 buku dan Koran New York Times setiap harinya. Edith Stern diuji kecerdasannya, hasil IQ nya
pun bagus, IQ nya adalah 196 dan 205. Pada saat menduduki bangku kuliah Edith
menjadi mahasiswa termuda karena pada saat itu usianya baru menginjak 12 tahun.
Dia juga mengajar Matematika disebuah
Perguruan Tinggi bernama Michigan State University saat usianya 15 tahun. Dan
pada usia 16 tahun dia diberi posisi Asisten Profesor Matematika Abstrak di
Michigan State University. Sejak tahun 1970an, dia bekerja di IBM sebagai konsultan komputer, dan akhirnya
menjadi Vice President di Departemen Riset dan Pengembangan IBM.
Meskipun ibunya pernah tidak sependapat dengan ayahnya
tentang metodenya, dia kemudian menyimpulkan bahwa itu telah membuatnya menjadi
“wanita muda yang sangat matang, welas asih, baik, cerdas dan bijaksana.” Ayahnya
mempertahankan bahwa menjadi seorang jenius tidak ada hubungannya dengan
genetika, dan semua yang berkaitan dengan bagaimana seorang anak dibesarkan dan
dididik.
Pelajaran yang dapat kita ambil dari kisah Edith Project adalah setiap orang diberikan kecerdasan yang
sama oleh Tuhan YME dan terlahir sebagai pribadi yang cerdas. Namun itu semua
tergantung bagaimana cara kita untuk dapat mengasah kecerdasan serta kemampuan
kita.
Komentar
Posting Komentar